Langsung ke konten utama

Menikmati Lautan Bunga Musim Winter di Taiwan (Xinshe Sea of The Flower)

 


 

Pada ahad (29 November 2020), saya beserta teman-teman kampus di Asia University melakukan perjalanan cukup Panjang untuk bisa menikmati lautan bunga musim Winter di daerah Fengyuan. Mengapa redaksi yang saya ambil ‘cukup panjang’? karena nyatanya untuk menuju ke lokasi yang manis itu membutuhkan effort dengan 3 transportasi. Kami tinggal di lokasi Liufeng Road, daerah sekitar kampus Asia University, secara geografis maka posisi kami berada di tengah dari Taichung. Sedangkan lokasi Xinshe of the Flower berada di hampir sisi barat Taichung.

Untuk menuju ke lokasi tersebut, kami menuju ke Taichung station untuk naik kereta menuju Fengyuan dengan harga tiket kereta sekitar 20 NTd per kepala, atau setara dengan Rp 10.000,- di Indonesia untuk tiket KA lokal. Sekitar 20-30 menit perjalanan menuju Fengyuan station, kami terpaksa berdiri, karena penumpang full, dan rerata memang menuju ke Fengyuan station. Karena dalam rombongan kami ada duo krucils cewek, maka sebisa mungkin kami mengamankan mereka terlebih dahulu untuk bisa menikmati tempat duduk. Walaupun berdiri, namun suguhan pemandangan di sisi kanan kereta kami cukup mengalihkan kram tangan karena harus memegang kuat-kuat pegangan tangan gantung supaya tidak oleng di dalam kereta. Hingga tidak sempat mengabadikan pemandangan di luar jendela kereta.



 

Entah mungkin karena posisi berdiri yang membuat perjalanan pulang lebih lama sedikit daripada perjalanan pulang yang kami dapat tempat duduk longgar. Haha, “begitulah hidup, saat ada kondisi yang tidak nyaman, maka jangan merasa bahwa kondisi tersebut akan lama, karena sejatinya aka ada waktu yang tepat ketidaknyamanan itu digilir dengan kenyamanan lainnya”. Bukan kata siapa-siapa..

Back to laptop, sesampainya di Fengyuan station kami langsung menuju k eke antrian bus. Tapi, bukan bus umum layaknya ‘201’ di seputaran Asia University, melainkan bus pariwisata yang khusus disediakan untuk para wisatawan yang akan menuju ke Xinshe Sea of Flower. Berbayar? No, Alias GRATIS. Bagi saya, hal ini luar biasa, mengingat saat di negara saya, kondisi ini jarang ada, terlebih tanpa pungutan apapun saat memasuki lokasi wisata. So, banyangin aja, kita hanya modal perjalanan dari tempat tinggal kita masing-masing hingga Fengyuan. Setelah itu untuk menuju ke lokasi wisata sudah disediakan bus pariwisata khusus yang standby di dean stasiun, dan dikoordinir langsung untuk pemberangkatannya. Adapun lokasi wisata dari stasiun kurang lebih 45manitan lebih, kalua dianalogikan nih, sama dengan posisi dari terminal arjosari ke Batu. Karena memang lokasi Xinshe sea of flowernya berada di dataran tinggi, dengan kondisi jalan yang berkelok hingga turun naik lembah. Ini bukan promosi, tapi ini bahan pelajaran bagi saya pribadi bahwa lokasi wisata kita sepantasnya diperlakukan begitu, sehingga tidak menimbulkan kemacetan di jalanan menanjak hingga harga yang tidak rasional untuk tempat penginapan sekitar wisata.

Sesampainya di lokasi, kami tersadar bahwa pilihan hari berlibur kami ternyata senada dengan banyak wisatawan yang hadir memenuhi xinshe sea of flower juga. Lokasi taman dan perkebunan yang didesain sangat cantik itu dengan luas yang tidak main-main dipadati oleh pengunjung. Hingga terpaksa kami mengurungkan niat untuk masuk ke lokasi inti tempat dilaksanakannya pameran dan pertunjukan Disney land story dikarenakan antrian yang sangat mengular. Sdangkan duo krucils sudah mulai kelelahan. Akhirnya kami memutuskan mengelilingi taman Bunga di sekitar lokasi utama tersebut. Pemandangannya ndak kalah bagus dan stok oksigen yang melimpah dengan semilir angin winter yang mengalihkan pancaran terik matahari. Sehingga kami pun disuguhi banyak spot foto meraik untuk mengabadikan momen liburan kami menikmati musim winter di lautan bunga ini. Ragam bunga yang variatif pun warna-warnanya yang cerah dan elok dipandang. Mulai bebungaan satu warna, dua percampuran dua warna, tiga warna hingga empat warna seperti yang terekam dalam beberapa foto dokumentasi kami berikut ini.








 

Kami rombongan ber-delapan orang memecah diri menjadi dua regu. Saya dan bunda Kelly Bersama duo krucil ditemani om syauki mengajak keliling kakak ara dan adek nafiya. Sedangkan rombongan berikutnya yang terdiri dari bapak-bapak sudah berkeliling semau mereka dan kamipun bertemu di pusat makanan dan oleh-oleh untuk mengisi tanki perut. Di spot makanan dan oleh-oleh ini banyak sekali disuguhkan ragam macam makanan, mulai yang berat seperti nasi goreng dan jenis nenasian lainnya hingga makanan ringan seperti gorengan kentang, jamur, minuman jeruk, tebu dan masih banyak lagi. Untuk meniminalisir risiko, kami memilih membeli nasi, kentang, jamur dan es tebu. Alhamdulillah..lega dan terisi.

Selepas mengisi kantong perut, kami bergegas melanjutkan perjalanan ke sisi kiri yang belum utuh kami nikmati. Mesti tidak lama, kami pun menyusuri bebunga-an yang berwarna-warni sembari menuju ke lokasi parkir bis. Spot-spot lautan bunga warna-warni sudah kami icipi, mulai bunga berwarna tunggal, campuran dua warna ragam bunga hingga pertemuan 4 warna bunga. Dan spot foto terakhir adalah pada bunga matahari yang menambah terang pancaran matahari menyusuri jalan Kembali ke lokasi parkir bis untuk Kembali pulang.




 

Sama seperti saat berangkat tadi, kamipun mendaftarkan rombongan untuk booking bis menuju stasiun Fengyuan lagi dengan antri secara tertib sembari petugas meneteskan hand sanitizer ke masing-masing calon penumpang. Bis berikutnya sudah ready untuk mengangkut penumpang selanjutnya, termasuk kami. Perjalanan sekitar 45 menit hingga 1 jam-an membuat beberapa dari kami tertidur pulas hingga sampai di pintu stasiun Fengyuan. Lalu, saatnya kami naik kereta lagi menuju Taichung station dan back to the Wufeng District. Perjalanan pulang berkereta kami lebih cepat dan nyaman, karena tempat duduk kereta terasa longgar alias tidak berjubel penumpang, sehingga perjalanan pun terasa cepat karena kami bisa menikmati pemandangan sekitar dengan leluasa sembari sesekali memainkan gawai kami masing-masing. Perjalanan yang seru, semoga next time bisa balik kesana dan menikmati lautan bunga Bersama keluarga. Aamiin.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Offering of Islamic Economic’s Solution for the Indonesian Economy with the Face of a People's Economy

The Offering of Islamic Economic’s Solution for the Indonesian Economy with the Face of a People's Economy Arin Setiyowati [1] Introduction BPS data (March, 2019) shows that in 2019 the poor population in Indonesia reached 25.14 million people (9.41%). The poverty measurement carried out by BPS uses the concept of ability to meet basic needs (basic needs approach). A decrease in the number of poor people from 2018-2019 shows that in absolute terms the poverty rate in Indonesia is still very large and efforts to overcome it are proceeding slowly. So the government is expected to strengthen the people's economy fairly, through a policy approach that is not pro-people, must be changed into pro-people policies, or at least what needs to be developed is a policy that is not against or neutral towards the people's economy so that the distribution of justice is created. Some of the policies launched by the government in order to create fairness of distribution such as t...

Kita tidak butuh Kartini

Perempuan bicara : KITA TIDAK BUTUH KARTINI *Arin Setiyowati Kondisi riil hari ini, bulan April yang identik dengan bulan Kartini hanya sebagai momentus belaka,tanpa ada realisasi nyata tentang pendobrakan perempuan dari jeratan patriakhi baik dimensi mikro maupun dimensi makro (lazimnya disebut ranah domestik maupun publik). Berapa puluh ormas maupun lsm (lembaga swadaya masyarakat) yang mengusahakan pemberdayaan perempuan pun nyatanya belum sepenuhnya berhasil. Malah beberapa hari terakhir marak kasus kekerasan, pemerkosaan bahkan sampai berujung pembunuhan dengan modus mutilasi sebagai tanda dekadensi moral yang lagi-lagi selalu perempuan yang dijadikan obyek. Dalam ranah politik pun sama, beberapa analisis mengatakan kalau kebijakan kuota calon legislatif perempuan 30% pada setiap partai politik nyatanya ‘belum’ sepenuhnya dilakukan perkaderan, pendidikan dan pengikutsertaan politik masif terhadap perempuan, yang ada hanya sekedar pemenuhan kuota dan lagi-lagi perempuan ...

Pengurangan Jam Kerja Perempuan : Upaya Disparitas Gender Dalam Kebijakan Ketenagakerjaan

Arin Setiyowati* Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusulkan pemotongan jam pekerja perempuan untuk memaksimalkan perlindungan pada anak. Sekretaris Jenderal KPAI Erlinda mengatakan usulan tersebut muncul atas latar belakang meningkatnya perceraian yang berakibat hilangnya hak anak."Kami menyampaikan gagasan itu untuk memberikan kesempatan lebih bagi perempuan mengurus anak-anak mereka," kata Erlinda saat dihubungi CNN Indonesia , Rabu (26/11). Erlinda selanjutnya mengatakan tugas dan kewajiban seorang perempuan beragam mulai dari urusan anak, rumah hingga pekerjaan kantor. Menurutnya, panjangnya jam kerja bagi perempuan membuat anak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendampingan dari orangtua mereka. [1] "Wanita yang aktif sebagai pegawai negeri atau swasta itu porsinya dikurangi karena intinya wanita itu punya kewajiban untuk menyiapkan anak bangsa ke depan. Untuk waktu, beliau (Wapres) (ingin) mengurangi dua jam dalam sehari untuk berkantor,...