Langsung ke konten utama

My Philanthro, My Feb’s Partner (Catatan tanggal 03 dan 04 Februari 2021)

 


 





(Gambar 4, momen ngumpul keluarga untuk mendoakan philanthro saat ultahnya)

30 tahunan Silam, tanggal 04 Februari hari Sabtu merupakan hari diijinkan seorang gadis lahir dari perempuan kuat dan hebat di desa pinggiran jalan utama ke Bojonegoro, yakni Desa Plesungan. Dengan jalan Takdir-Nya, 5 tahun lalu menggenap Bersama laki-laki asal Gresik dengan kelahiran Juni. Dan setahun setelah pernikahan Allah SWT mengamanahkan kepada kami anak istimewa dengan kemudahan yang sangat kami syukuri.

Punya anak sesama Februari itu berasa bercermin diri, secara fisik jamaknya orang-orang menyatakan bahwa mirip ayah dan mbahkungnya. Tetapi, secara software nya Philanthro ini lebih 60% menyerupai saya (Red Ibuk), artinya masih ada bawaan 40% karakter (watuk wahing) dari ayahnya. Hal-hal yang sering kami buat bercandaan jika muncul karakter yang mirip kami masing-masing. MasyaaAllah, Luar biasa ciptaan Allah SWT. My Feb’s partner ini yang jadi guru cilik kami, guru yang tidak pernah ada dendam walau kami belum bisa memahaminya. Dan guru yang selalu memeluk kami meskipun sebelumnya kami sangat dimakan emosi karena kekreatifannya. My Philanthro yang sering jadi tempat bercerita dan meluapkan kejengahan dari rutinitas luar kami. Guru yang mengajarkan kami tentang ke-ajegan dan istiqomah memperbaiki diri supaya layak dijadikan teladan olehnya.

    



 

(Gambar 5, diambil tanggal 04 Februari 2021 untuk makan di luar bertiga)

Mitos karakter bulan Februari adalah bandul antara baik hati sekali atau tergolong otaknya bisa diajak kerja cepat. Mitos positif ini yang saya gunakan untuk membangun dan memotivasi diri supaya lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Pun dalam mengasuh my Philanthro, semoga kami bisa melegitkan kecerdasan sesusai potensinya. Bismillah.

Ya..tepat 03 Februari 2018 jam 09.30 WIB anak laki-laki dengan tangisan yang lantang memecah kegelisahan, kehebohan dan membayar rasa sakit kami selama proses persalinan. Bayi yang lahir menunggu kepasrahan diri Ibuk-nya atas hal apapun yang akan terjadi demi menghadirkannya ke dunia. Bayi yang lahir dengan cerita yang banyak Allah mudahkan di tiap tahapannya. Lahir dengan Panjang 49 cm dan berat 3 kg pas, tidak kurang tidak lebih juga, Alhamdulillah, Baarakallah.

Setelah malam dan dinihari merasakan gerakan di perut yang berusaha mengabarkan bahwa dia ingin segera keluar, semakin mendekati pagi semakin kencang protesnya dalam perut, bersyukur masih bisa sholat malam dan shubuh. Langsung kami menuju ke bidan yang sudah kami dapuk untuk membantu proses persalinan. Bidan dekat dari rumah dan langganan keluarga besar. Jam 5 pagi di rumah bidan dicek masih pembukaan 2-3 dan saya diminta untuk jalan mondar-mandir terus dengan sesekali harus berhenti karena kontraksi yang semakin lama semakin kencang. Bidan memperkirakan lahirannya siang saat dzuhur. Qodarullah, jam 8 saya benar-benar sudah tidak kuat dengan kontraksinya, dan sudah kebelet buang air kecil, asisten bidannya pun terkaget karena proses pembukaan yang terbilang cepat dan jam 8 sudah pembukaan komplit siap untuk proses persalinan, walau akhirnya ibu bidannya agak tergupuh-gupuh karena di luar prediksi dan lebih cepat.

Sejam setengah berada di ruang persalinan dengan segala tingkatan teriakan, memegang hingga ‘nggrauk’ suami dan ibuk saya yang saat itu menemani di meja persalinan. Alhamdulillah, Allahu Akbar, proses lahiran lancar, dan malah lebih lama proses jahitnya. Haha. Tapi sudah lega karena si bayi lahir dengan sehat, selamat dan utuh. Cerita persiapan persalinan hingga persalinan sangat syahdu, hingga terkadang diri ini malu sama Allah jika tidak serius menjaga dan membersamai tumbuh kembang Philanthro kami.

Alhamdulillah, sekarang bayi mungil Philanthro tumbuh menjadi anak yang insyaAllah Shalih, sehat dan cerdas. Di usia teenager ini, dia yang sudah suka punya pilihan sendiri bahkan sering keukeh dengan pilihannya walaupun dipameri apapun, missal memilih baju, memilih barang bahkan untuk melakukan pilihan antara mandi dulu atau makan dulu. Kami ini yang kadang masih kurang sabar dalam menghadapi ke-kekuatan pilihannya tidak jarang terjadi drama tak berkesudahan. Alhasil, kami yang harus dipaksa mengalah untuk menuruti kemauannya dalam memilih baju yang dia pilih. Selain itu, kekeran kemauannya untuk meminta sesuatu pun sangat gigih. Saya jadi inget cerita kejahiliyahan saat saya kecil, setiap pengen minta dibelikan tas jinjing buat ngaji misalnya, saya akan langsung nangis di depan took sampe dibelikan. Dan terkadang hal-hal begitu bisa terekam utuh di dia, my philanthro. Gemas dan kesal bercampur emosi itu wow banget. Tapi saat sudah mereda dan mendingin, kami pun senyum-senyum sendiri. Ya Allah, Astaghfirullah, betapa kami diingatkan oleh anak kita tentang tingkah-tingkah jahil yang saat itu juga pasti melukai orangtua kami.  Salah satu karakter yang tidak jauh dari kami, maka seolah bercemin kan ya saat menghadapi kekerasan kemauannya.

Selain itu, emosi yang meledak-ledak, lazimnya kami sebut tantrum saat apa yang diinginkan tidak kami fasilitasi. Missal, keinginannya untuk belum mau mandi karena masih asyik mainan mobil-mobilannya, atau keinginannya untuk masih mau nonton video Nussa and Rara maupun Riko The Series sehingga menolak untuk segera mandi. Saat kami hentikan paksa kemauannya berujung pada tangisan dan teriakan histeris, kami semakin naik darah si anak juga tambah histeris dan semakin kacau, beberapa kali salah treatment yang kami lakukan. Kami yang sering menyimpulkan cepat bahwa dia akan keterusan, melanggar janji hingga kebiasaan terkadang terbantah. Dengan treatment bahwa kami memberikan kesempatan 'sebentar dulu' kepadanya untuk melakukan kesenangannya atau pekerjaan yang ingin dilakukannya, walau terkesan “mengganggu” bahkan “distraksi” terkadang lebih efektif dan bisa mengatasi ketantrumannya bahkan meluluhkan hatinya dan memanggil simpatinya. Ya..mesti dibumbui beberapa adegan hingga butuh umpan sesuatu yang bukan “PHP”. Kami masih terus belajar mencari formulasi untuk mengenalkan dan bertumbuh bersamanya.

Mengapa dilarang “PHP”, karena daya ingatnya tidak bisa diremehkan, dan daya tagihnya sangat menyakitkan kalua kita berniat untuk ingkar janji terhadap si Philanthro ini. Maka kami sangat berhati-hati dalam mengucapkan janji dan iming-iming terhadapnya, karena sekali ditagih dia bakal nagih tak berkesudahan dan minta hari itu juga. Beberapa kelalaian, missal mbahkungnya yang sangat menuruti kemauannya harus kedodoran saat ditagih oleh cucunya itu, apalagi kami, sering mati kutu dengan tagihannya. Belajar dari gejalanya ini, memahamkanya pelan-pelan dan sampe sekarang masih berjuang untuk mengajarkannya sabar dan memahami kondisi sekitar.

Gejala-gejala lain yang muncul adalah suka nawar, missal “Ibuk, dedek (panggilannya) mau minum es krim boleh?”. Kalau langsung kami jawab maka dia akan terus menawar hingga memberontak, maka pilihan jawaban dengan tawaran lain yang lebih minim mudharatnya kadang terpaksa harus kami tawarkan. Namun saat permintaannya logis dan sudah sesuai jarak waktu tertentu maka kami pun tidak segan untuk menurutinya. Misal, “Boleh nak, asal sebelum dibelikan dan minum es krim, arasy harus makan nasi dan minum susu dulu, gimana?”. Jika dia oke, maka kemauannya untuk minum es krim akan kami realisasikan, jika tidak, maka tidak ada kesempatan minum eskrim. Beberapa kali treatment tawaran tersebut gagal, tapi beberapa waktu lain juga berhasil. Saat gagal, kami akan berputar otak untuk menawarkan hal lain yang win-win untuk dia dan kami.

Flashback, sekitar Usianya 2 tahun berjalan, dia mulai tahu meminta beli mainan, bahkan saking masih belum puas penasarannya dengan apapun yang dijual di setiap toko mainan hampir setiap hari dia minta dibelikan mainan. Bersyukur di toko dekat rumah ada mainan harga seribu-dua ribu, jadi masih bisa terbeli. Dan waktu krusialnya adalah saat 3 bulan akhir tahun 2020, tepatnya saat saya tinggal bertugas ke Luar negeri, mungkin sebagai pelampiasan kekesalannya karena jauh dari ibunya, maka daya beli mainannya semakin tinggi. Hingga memaksa kami belajar bermain rute supaya tidak melewati zona merah mainan, atau bahkan harus peka timing lokasi yang ada took mainannya maka sebisa mungkin dialihkan. Perlahan-lahan kami pahamkan, setiap kondisinya suah tenang dan stabil. Butuh waktu lama sih, tapi alhamdulillah memasuki usia 3 tahunnya ini dia sudah mulai bisa mengendalikan Hasrat membeli mainannya. Dan terkadang, dia nyeletuk sendiri, kalau setiap mau diajakin keluar, seolah dia memastikan kami kalua dia gak bakal minta mainan, ndak minta apa-apa, “dedek ndak minta mainan, dedek ndak beli apa-apa”, begitulah celotehnya, segera kami respon statemennya dengan apresiasi dan pelukan ciuman. Alhamdulillah.

Kebiasaan lain yang menggejala saat memasuki usia 3 tahun ini adalah kekeukehannya untuk melakukan apapun sendiri dan ingin terlibat (peran aktif) dalam aktifitas harian kami. Misal, dia sering minta untuk mandi sendiri, ikut membantu menjemur pakaian, mbantu melipat baju, makan dan minum sendiri hingga beberapa kali trobel gegara kemauan kerasnya mau membawa piring makanannya sendiri (red makan mie di mangkok aluminium) yang otomatis masih panas. Kami sudah berusaha mengawalnya dan meyakinkan supaya dibawakan oleh kami, tapi dia benar-benar keukeh untuk membawa ke meja sendiri, akhirnya tumpah dan memercik ke tangannya kuah mie yang masih hangat, pecahlah tangisannya. Kami sangat menyesal, selanjutnya kami sangat berhati-hati dengan gejalanya untuk melakukan apa-apa sendiri. Kejadian lainnya saat mandi, pun begitu. Kebanyakan mainan di dalam kamar mandi, malah saat harus diguyur badannya ndak mau, akhirnya kami akali dengan membuat kesepakatan dengannya tentang batas waktu main dan mandi. Artinya memberi kesempatan dan memberi kepercayaan kepadanya untuk melakukan kemauannya maupun saat dia memaksa untuk terlibat dan membantu kami. Alhamdulillah, beberapa kali berhasil. (Gambar 6-7, contoh ngikut2 njemur baju)



 

Gejala unik lainnya adalah, betapa dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa meniru dengan ulung gaya berpakaian hingga selalu berusaha menyamakan warna baju dengan ayahnya. Sesekali saat bepergian, sengaja kami memakai baju samaan atau minimal warna senada dalam rangka menuruti dan menyenangkannya. Meskipun, kami juga sangat senang dan hobi kompakan. hehe

Seni membersamaianya penuh selama pandemi ini banyak hal yang kami dapati, mulai mengatur waktu antara prime time membersamaiannya main dengan waktu saya pribadi untuk menyelesaikan tugas hingga pekerjaan kampus. Selain itu, seni mengatur esmosi yang sangat melelahkan harus selalu digembleng. Astaghfirullah, sungguh saya masih jauh dari kata sempurna untuk menjadi ibuk dan orangtua dari amanahMu yang luar biasa ini. Semoga masih diberi kesempatan untuk senantiasa belajar dan memperbaiki diri.

Hal-hal melegakan lain yang sangat saya apresiasi dari tumbuh kembangnya My Philanthro adalah saat di usia masuk 2 tahun hingga memasuki usia 3 tahun sudah memahami huruf hijaiyah, paham warna warni dan bentuk, bisa berhitung 1-20, dan mulai meningkat. Sudah bisa dibiasakan mengaji (meski kadang turn on off mood nya) sampe ke jilid 2 dan 3. Bisa melafalkan doa-doa harian diantaranya doa mau dan sesudah makan, mau dan sesudah tidur, doa masuk kamar mandi, doa keluar rumah dan berkendaraan, dan doa untuk kedua orangtua plus doa sapu jagad. Semoga di usia 3 tahun ke depan semakin bertambah kemampuan melafalkan dan mempraktekkan doa-doa hariannya. Alhamdulillahnya lagi, si doi yang sudah inisiatif sholat, mau anteng jd makmum sholat dan ikut sholat secara penuh, yang sebelumnya ikut sholat untuk mengganggu tau berkeliling, alhamdulillah sudah tepat juga mengikuti njawab ‘aamiiin” saat sholat berjamaah. Beberapa kali sudah tertib ikut sholat jumat di masjid ngikut ayahnya. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiiin.

Diet ketat yang masih kami lakukan ke dia adalah supaya tidak bermain hape adalah dengan mengkonversikannya menyediakan tontonan film pendek atau video-video edukasi yang kami download dan kami putar di televisi, selain langsung dari mainan-mainan edukasinya. Dia yang masih jling dan sangat mudah dimasuki materi apapun memicu kami untuk selalu berusaha menjejalinya dengan muatan-muatan positif, baik dari buku maupun tontonan. Selain itu daya njlimetnya yang sejak 2 tahun dia tunjukkan kami fasilitasi dengan mainan puzzle. Terbukti mainan puzzlenya mulai huruf hijaiyah, alfhabeth, angka bulat maupun angka arab, tata cara sholat dan wudhu, hingga puzzle system anggota tubuh dari buku edukasi little abid dan puzzle ka'bah bisa dilahapnya. Semoga Allah mudahkan rizki kami supaya bisa memfasilitasi potensinya dengan mainan-mainan yang mashlahat dan berkah.

Selain itu, minimal terbiasa mengucapkan 3 mantra ucapan minta maaf, terimakasih, minta tolong/permisi. Selain kata “aku sayang ayah ibuk”. Bismillah, semoga Allah mudahkan dan ridhoi dalam membersamai tumbuh kembangnya supaya semakin menjadi pribadi yang kamil.

Tidak ada perayaan mewah, pesan yang kami sampaikan adalah kebersamaan bersama keluarga untuk saling support dan donor kesihsayang untukmu yang tidak pernah digantikan nak, semoga menjadi memori terbaik untuk kewarasan tumbuh kembangmu ke depan. Aamiiin.

Daan, coretan ini bentuk catatan sekaligus persembahan sederhana kami, ayah ibuk yang masih perlu banyak belajar untuk anak kami. Bukan dalam rangka pamer atau riya, hanya bagian dari motivasi kami supaya lebih berusaha giat membersamainya menjadi pribadi yang lebih baik dan shalih. My Philanthro, doa dan investasi dunia akhirat kami. Tetap jadi partner terbaik kami ya My Philanthro, Love You So Much.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Offering of Islamic Economic’s Solution for the Indonesian Economy with the Face of a People's Economy

The Offering of Islamic Economic’s Solution for the Indonesian Economy with the Face of a People's Economy Arin Setiyowati [1] Introduction BPS data (March, 2019) shows that in 2019 the poor population in Indonesia reached 25.14 million people (9.41%). The poverty measurement carried out by BPS uses the concept of ability to meet basic needs (basic needs approach). A decrease in the number of poor people from 2018-2019 shows that in absolute terms the poverty rate in Indonesia is still very large and efforts to overcome it are proceeding slowly. So the government is expected to strengthen the people's economy fairly, through a policy approach that is not pro-people, must be changed into pro-people policies, or at least what needs to be developed is a policy that is not against or neutral towards the people's economy so that the distribution of justice is created. Some of the policies launched by the government in order to create fairness of distribution such as t...

Kita tidak butuh Kartini

Perempuan bicara : KITA TIDAK BUTUH KARTINI *Arin Setiyowati Kondisi riil hari ini, bulan April yang identik dengan bulan Kartini hanya sebagai momentus belaka,tanpa ada realisasi nyata tentang pendobrakan perempuan dari jeratan patriakhi baik dimensi mikro maupun dimensi makro (lazimnya disebut ranah domestik maupun publik). Berapa puluh ormas maupun lsm (lembaga swadaya masyarakat) yang mengusahakan pemberdayaan perempuan pun nyatanya belum sepenuhnya berhasil. Malah beberapa hari terakhir marak kasus kekerasan, pemerkosaan bahkan sampai berujung pembunuhan dengan modus mutilasi sebagai tanda dekadensi moral yang lagi-lagi selalu perempuan yang dijadikan obyek. Dalam ranah politik pun sama, beberapa analisis mengatakan kalau kebijakan kuota calon legislatif perempuan 30% pada setiap partai politik nyatanya ‘belum’ sepenuhnya dilakukan perkaderan, pendidikan dan pengikutsertaan politik masif terhadap perempuan, yang ada hanya sekedar pemenuhan kuota dan lagi-lagi perempuan ...

Pengurangan Jam Kerja Perempuan : Upaya Disparitas Gender Dalam Kebijakan Ketenagakerjaan

Arin Setiyowati* Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusulkan pemotongan jam pekerja perempuan untuk memaksimalkan perlindungan pada anak. Sekretaris Jenderal KPAI Erlinda mengatakan usulan tersebut muncul atas latar belakang meningkatnya perceraian yang berakibat hilangnya hak anak."Kami menyampaikan gagasan itu untuk memberikan kesempatan lebih bagi perempuan mengurus anak-anak mereka," kata Erlinda saat dihubungi CNN Indonesia , Rabu (26/11). Erlinda selanjutnya mengatakan tugas dan kewajiban seorang perempuan beragam mulai dari urusan anak, rumah hingga pekerjaan kantor. Menurutnya, panjangnya jam kerja bagi perempuan membuat anak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendampingan dari orangtua mereka. [1] "Wanita yang aktif sebagai pegawai negeri atau swasta itu porsinya dikurangi karena intinya wanita itu punya kewajiban untuk menyiapkan anak bangsa ke depan. Untuk waktu, beliau (Wapres) (ingin) mengurangi dua jam dalam sehari untuk berkantor,...