Mengapa saya menulis ini, sebagai bentuk sharing atas pengalaman dan sejengkal pengetahuan yang saya dapat dalam menjiwai aktifitas yang saya lakukan.
My Philanthro, adalah sebutan untuk anak sulung kami yang lahir pada 03 Februari 3 tahun silam (baca postingan sebelumnya). Salah satu kata doa dalam namanya adalah Philanthro, yang berarti cinta kasih kepada sesama, lazimnya diwujudkan dalam berderma kepada sesama. Semoga diijabah dan diridhoi oleh Allah SWT.
Dia lahir di tanggal 03 Februari, tepat sehari sebelum tanggal lahir saya. Bukan hal ini yang saya akan bahas di sini, melainkan terkait selebrasi di tanggal 03 Februari tersebut. Yakni hari membaca nyaring atau yang lazim dikenal Read Aload.
Apa Kaitannya Philantro dan Read Aload?
Flashback sebelum menikah, salah satu bacaan yang saya baca adalah “Membuat anak Gila Membaca”. Buku inilah yang memprovokasi saya supaya mendesain dan merekayasa sosial supaya nanti anak keturunan saya suka membaca. Hal awal yang harus saya lakukan adalah mendekonstruksi diri saya terlebih dahulu supaya lebih menyukai dan menggila untuk membaca, selain ritual-ritual lain yang harus saya stimuluskan sejak dan selama kehamilan.
Dan benar, setelah menikah dan diberi jeda satu tahun untuk masih terus belajar memantaskan diri supaya layak dipercaya mengemban amanah menjadi orangtua kami manfaatkan untuk menabung buku anak-anak. Bukan untuk kapitalisasi, melainkan untuk ‘sangu’ dan bahan referensi kami saat menjalani proses menjadi orangtua. Sembari memperkaya diri dengan mulai belanja materi-materi parenting, maklum masih newbi dalam hal kerumah tanggaan dan ke-orangtuaan.
Praktis, saat usia kandungan memasuki 4 bulan, saya mulai menerapkan satu persatu bahan ilmu yang saya dapatkan dari berbagai sumber tentang stimulus janin dengan suara ibu. Mulai dari ngaji, mendengarkan murotal sesering mungkin dan membacakan buku dengan suara nyaring sambil mengelus-elus perut.
Saat awal-awal mempraktikkan read aloud tentu terasa aneh, terlebih saat membaca sendirian, berasa mengulang proses belajar saat duduk di bangku SD yang masih mengeja huruf-huruf. Tetapi, berbekal tekad untuk membudayakan diri dan si janin supaya terbiasa dan suka proses membaca, maka kami berusaha nelateni hingga usia kandungan memasuki trimester ketiga. Adapun buku-buku yang saya bacakan secara nyaring adalah buku shirah nabawiyah, yang say abaca dari buku Muhammad Teladanku, selain itu saya juga mengenalkan Rasulullah melalui akhlaknya melalui buku balita BBM (Balita berakhlak mulia) yang saya baca bergantian di saat oagi selepas shubuh dan sebelum tidur sembari rebahan.
Hingga Allah SWT mengijinkan my Philanthro dilahirkan ke dunia dan masa-masa membersamainya secara fulltime selama cuti 3 bulan, saya pun menjadwalkan buku-buku yang yang harus saya bacakan sembari menemaninya tidur dan mainan, selain memutarkannya murotal serta suara-suara maupun lagu dengan konten yang positif. Adapun buku-buku yang sudah kami bacakan nyaring selama masa cuti adalah buku 25 Nabi, melanjutkan Muhammad Teladanku dan beberapa buku lainnya sebagai penyela missal buku Hmmm dan Hop serta beberapa jusul lain dari Rabbithole.
Berikut foto-foto aktifitas kami saat membacakan nyaring untuknya saat bayi ;
Saat proses membacakan memang dia menunjukkan excitednya dengan Gerakan tangan dan matanya. Namun hal urgen yang kami maksudkan dengan membacakan buku kepada si bayi adalah stimulus ke otak bayi dan mengoptimalkan potensi indra pendengarannya sembari melanjutkan proses sejak dalam janin terkait suara-suara yang memberikan input ke otaknya. Meskipun di sisi lain juga sebagai obat ampuh dalam rangka mengusir kebosanan dan rasa ngantuk si emak juga sih, tapi apapun celoteh netizen di luar sana, bahwa proses membacakan sedari bayi yang saya lakukan dalam rangka bonding saya ke my philanthro dan investasi saya bertaqarub padaNya.
Proses sejak dalam kandungan hingga si bayi lahir ke dunia adalah proses mengoptimalkan daya pendengaran melalui stimulus membacakan secara nyaring sebagai media komunikasi dan meningkatkan kedekatan antara orangtua dengan anak. Dengan read aloud, bukan perkara daya pendengarannya saja, melainkan konten-konten yang diterima si janin dan bayi tentu bakal terekam dalam memory jangka Panjang, bahkan saat dia tidur maupun menjelang tidur kami biasakan meninabobokkan dia dengan membacakan buku sembari dia minum susu. Pada posisi rileks seperti ini otak si bayi sedang pada gelombang yang alam bawah sadarnya merekam untuk disimpan dalam jangka Panjang.
Sehingga mengapa konten-konten akhlak dan kisah-kisah Nabi, menjadi prioritas kami sebelum ke menu-menu konten lainnya. Kami belum mampu menjadi orangtua yang sempurna, tetapi melalui teladan kisah dan akhlak serta hikmah nabi-nabi dan Rasul bisa menjadi jalan untuk memperbaiki kami dan keturunan kami. Bismillah, InsyaAllah diijabah.
Jadi my philanthro adalah momentum saya dan wahana saya dalam mengeksplore dan eksperimen terkait read aloud. Dia yang menjadi guru sekaligus mentor terbaik saya dalam mengupgrade diri terkait bagaimana cara read aloud dengan baik agar bisa enjoy kami jalani Bersama. Hingga usianya memasuki 3 tahun di tahun 2021 ini, saya masih terus mengujicobakan read aloud baik saat bermain di jam-jam siang, sebelum tidur siang dan sebelum tidur pada malam hari.
Yang tentunya semakin tahun, semakin kompleks kecakapan yang harus saya miliki saat read aloud dengannya, missal dengan menambah property boneka tangan, eksplore beragam tipe suara hingga ekspresi wajah yang berganti-ganti agar si doi memahami pesan dari buku yang kami baca. Selain itu, varian buku yang kami sediakan untuk dibaca bersama dia pun jauh lebih beragam, mulai cerita anak tentang keseharian, akhlak, fabel, cerita sains dan masih banyak lagi. Semakin tahun, kami semakin dituntut untuk memenuhi kebutuhannya asupan nutrisi baik jasmani, otak maupun rohaninya dalam bacaan dan mainan. Semoga Allah SWT mudahkan dan ridhoi, Aamiin.
Berikut beberapa aktifitasnya Philanthro yang asyik bermain dengan buku :
Semoga Bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar